Empat Lawang, Sumsel
Viralnya pemberitaan dibeberapa media Online, baik Lokal maupun Nasional, terkait ambruknya jembatan Air Bayau tanggal 3 April 2021 lalu, mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat Kabupaten Empat Lawang.
Muhammad, warga Lubuk Tapang, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan, Sabtu (10/04/2021) sekira pukul 09.00 wib di kediamannya yang berdekatan dengan jembatan yang ambruk, menuturkan kepada BU, “Ambruknya jembatan ini bukan karena banjir, kami para warga yakin bukan karena banjir, dulu juga pernah banjir lebih dari ini besarnya tapi tidak sampai merusak jembatan yang ada”.
Ketika ditanya BU kenapa jembatan ini bisa roboh, dengan tegas dan semangat Muhammad yang panggilan kesehariannya Mamad mengatakan, ambruknya jembatan ini karena adanya pembangunan Normalisasi ini, kenapa bisa demikian? Ini semua dikarenakan oleh pengerukan batu untuk matrial untuk Normalisasi diambil sampai ke pinggir tiang jembatan, dengan memakai alat berat berupa Excavator dan kami masyarakat di sekitar sini pernah menyampaikan kepada operatornya, “Pak, apakah tidak berpengaruh kepada ketahanan jembatan, nanti jembatan ini roboh”. Operator menjawab, “Saya hanya kerja pak, kalau itu bukan urusan saya pak”. Demikian Mamad mengutip ceritanya waktu itu.

Lanjut Mamad, “Apa yang terjadi ketika malam tanggal 3 lalu hujan memang cukup deras dan sekitar jam 03.45 dini hari benar jembatan ini ambruk dan untung ketika itu jalan sedang sepi, seandainya itu siang hari pasti ada orang yang jadi korban”.
Lain halnya dengan Sandri, SE., seorang aktivis Empat Lawang menuturkan, “Ini bukan musibah bencana alam murni, karena apa? Ya masyarakat sudah tahu semua kalau batu pasir penahan tiang jembatan air bayau ini sudah habis dikeruk, diambil dijadikan matrial normalisasi air Bayau ini, baik dari hulu jembatan maupun yang ada di hilir jembatan semua sudah dikeruk oleh pelaksana pembangunan proyek normalisasi diakhir tahun 2020 lalu”.
Lanjut Sandri, “kalau semua pengusaha yang menjadi rekanan seperti ini maka semua proyek di Kabupaten Empat Lawang akan hancur, berujung penderitaan bagi rakyat kecil”.
Dalam menyikapi runtuhnya jembatan Air Bayau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, yang terjadi tanggal. 3 April 2021 pukul: 03:45 wib dini hari, Liza Iskandar, ketua LSM BPPK-RI Kabupaten Empat Lawang angkat bicara.
“Setelah saya melakukan investigasi ke lapangan dan menemui beberapa warga di sekitar jembatan akhirnya saya menemukan permasalahan yang sebenarnya, dapat dipastikan ambruknya jembatan tersebut 75% bukan oleh banjir dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi sebelumnya, tapi ambruknya jembatan tersebut berkaitan dengan PPTK Perencana serta tidak adanya orang dari dinas PUPR yang pro-aktif untuk memantau pekerjaan di lapangan, dapat dikatakan mereka hanya menerima laporan saja, apalagi ada informasi dari masyarakat kalau proyek normalisasi ini milik anggota DPRD empat lawang,” terangnya.
Lebih lanjut Liz mengatakan, di tahun 2021 ini sudah dua jembatan yang ambruk terkesan bencana alam, banjir dan lain sebagainya, tapi kalau diperhatikan semua berawal dari Perencanaan yang kurang sempurna.
Dalam waktu hitungan hari kedepan, LSM BPPK-RI Kabupaten Empat Lawang akan berangkat ke Jakarta untuk menyerahkan laporan ke KPK-RI, Kejagung, Kapolri dan DPR-RI. “Saya berharap pihak yang menerima laporan tentang ambruknya jembatan ini segera memanggil, mengusut dan mengadili PPTK Perencana, PPTK Tehnis, Kadis PUPR serta Rekanan sebagai pelaksana Proyek Normalisasi yang diduga penyebab jembatan ambruk,” ujar Liz dengan penuh semangat saat berkunjung ke kediamann wartawan BU, Minggu (11/4/2021) sekira pukul 14:45 wib.(Habib)