Beranda Nasional Ketua IDI : Dukungan Politikus Terhadap Vaksin Nusantara Tak Ada Artinya

Ketua IDI : Dukungan Politikus Terhadap Vaksin Nusantara Tak Ada Artinya

102
0

Jakarta

Ikatan Dokter Indonesia menegaskan, dukungan politikus hingga artis dengan menjadi penerima vaksin Nusantara, tidak memunyai arti apa pun.

Dukungan politikus, tokoh publik, hingga artis itu tidak bakal membuat vaksin yang digagas eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tersebut serta merta mendapat perizinan Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Sebab, Ketua IDI Daeng M Faqih mengatakan, penelitian vaksin covid-19 dan dunia kedokteran secara umum selalu tunduk pada prosedur keilmuan dan ilmiah.

Ketua IDI, dr. Daeng M. Faqih, S.H., M.H.

“Jangan sampai prosedur keilmuan itu ada intervensi-intervensi. Termasuk misalnya ya dukungan tokoh-tokoh. Dalam dunia keilmuan, intervensi seperti itu tak ada nilainya. Artinya ada mantan ini, mantan itu, kalau jadi relawan, tetap saja itu sebagai relawan,” kata Daeng dalam diskusi daring bertema ‘Siapa Suka Vaksin Nusantara’, Sabtu (17/4/2021).

IDI, kata Daeng, tetap menyorot prosedur atau protokol dalam pengembangan vaksin Nusantara.

Menurutnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan yang mengkritik dan meminta uji fase dua vaksin Nusantara disetop, semata-mata dalam rangka pengawasan.

“Di Indonesia, pengawasan itu di tangan BPOM. Kalau bukan mereka, siapa lagi.”

dr. Terawan Agus Putranto

Pada pekan ini, sejumlah politikus, pengusaha, hingga artis ikut menjadi relawan fase dua vaksin Nusantara.

Ada mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, pengusaha Aburizal bakrie, hingga mantan Menteri Kesehatan era SBY, Siti Fadilah.

Selain itu, anggota DPR RI seperti Sufmi Dasco Ahmad, hingga artis Anang Hermansyah dan Ashanty juga ikut menjadi relawan.

Sementara BPOM menegaskan, vaksin Nusantara belum memenuhi cara pengolahan yang baik atau good manufacturing practices/GMP, dan praktik laboratorium yang baik (Good Laboratory Practice/GLP).

Tak hanya itu, BPOM juga mempertanyakan konsep vaksin Nusantara yang dinilai belum jelas, apakah benar-benar vaksin ataukah terapi.

Oleh sebab itu, BPOM meminta tim peneliti untuk menghentikan sementara proses pengembangan vaksin dan kembali ke fase pra-klinik dengan melengkapi prosedur saintifik yang baik dan benar. (red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here