Muara Enim, Sumsel
Keberadaan proyek PLTU Sumsel 1 di Desa Tanjung Menang, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, menjadi sorotan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pemuda Hambang Solidaritas Tinggi ( DASHAT).
Hal itu disampaikan oleh Ketua LSM DASHAT, Prince Ardo, pada media BU, Rabu (20/1/2021). Ia mengungkapkan, sebelum adanya pembangunan proyek PLTU Sumsel 1, di Desa Tanjung Menang Fauna dan Flora langka masih ada, seperti Harimau, Beruang, Trenggiling, Landak, Rusa, Kijang, Kancil, Belanduk, Burung Elang, Murai Batu, Jalak, dan lain sebagainya.
Sekarang ini hewan tersebut terusik dan hampir punah karena imbasnya proyek pembangunan PLTU Sumsel 1, karena hutan sudah alih fungsi menjadi proyek pembangunan PLTU Sumsel 1,” jelas Prince sapaan akrab kepada awak media.
“Kami mewakili masyarakat sudah mau menjalin komunikasi dengan pihak Perusahaan dari PT SGLPI/SDEPSI, untuk mengajak perusahaan ikut melestarikan fauna tersebut lewat pembangunan konservasi. Humas perusahaan sudah kita koordinasikan, bahkan sudah dua kali kami melayangkan surat untuk dapat berkordinasi, namun sampai saat ini kami belum bisa ketemu, bahkan ditelpon pun tidak diangkat dengan alasan yang tidak jelas,” ungkapnya.
LSM DASHAT sangat peduli dengan pelestarian lingkungan sekitar dan habitat Ekosistem alam di Desa Tanjung Menang, dengan demikian LSM DASHAT berharap pihak perusahaan dapat membantu sebagai bentuk tanggungjawab sosial terhadap lingkungan sekitar perusahaan.
Pembangunan proyek PLTU Sumsel 1 sendiri sudah berjalan, harapan masyarakat jika ada Konservasi, Hewan setidaknya bisa terlindungi dan akhirnya dapat lestari kembali. “Tapi kenyataanya sangat diluar yang kami harapkan, padahal kami ingin melestarikan lingkungan dalam mewujudkan Go Green, sesuai pedoman keterlibatan masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17/2012,” tandasnya.
Sementara Humas PLTU, Basron, saat dikonfirmasi awak media melalui WhatsApp, tidak menjawab, jelas tidak ada etika untuk bekerjasama dengan masyarakat, melalui LSM DASHAT dengan apa yang menjadi tuntutan masyarakat setempat.
Prince Ardo merasa sangat kecewa,”Jika memang pihak perusahaan tidak ada etika untuk dapat berkordinasi dengan kami masyarakat Tanjung Menang, padahal sudah 2 kali kami mengirim surat ke perusahaan PLTU Sumsel 1, tapi sampai diterbitkan berita ini belum ada pihak perusahaan yang bisa kami temui,” pungkasnya. (Habibullah)