Sabang, Aceh
Muhammad Ichsan dalam Kajiannya Tentang Asia Tenggara, menuliskan bahwa Cekungan Selat Benggala Purba, Pertemuan Arus Laut Andaman dan Selat Malaka tepatnya di perbatasan Pulau Sabang, yakni Pulau Rondo, hingga lepas pantai Pulau Nicobar (India) diduga kaya akan mineral, salah satunya adalah Gas Alam yang melimpah.
Menurut Alumni Sejarah FKIP Unsyiah, kajian Geografi Sejarah ini, ia menduga penjajah Belanda, hingga 1904 berat melepas cengkraman Aceh, dikarenakan Aceh adalah gerbang Sumber Energi Mineral Terbesar (Gas dan Minyak Bumi) tepatnnya di Jalur cincin api Simeulue, Sabang, Hingga Kep. Andaman dan Nicobar (India sekarang).
“Pertemuan dua lipatan akan menghasilkan kentut, namun pertemuan dua lempeng benua besar Eurasia (Asia) dan Austronesia (Australia) akan menghasilakan gas alam berjumlah besar. Apalagi saat ini Jalur ekspansi “One Belt One Road” yang akan diterapkan Tiongkok (RRT) Melewati Sabang dan Kepulauan Andaman “, jelas Muhammad Ichsan dalam rilisnya yang diterima Bhayangkara Utama.com Mingggu (18/10/20).
Pertemuan kekuatan besar akan terjadi di Selat Benggala atau Laut Andaman tersebut. Gesekan pengaruh Ideologi Rusia - China - Uni Soviet sangat rentan disana. India terakhir telah bekerjasama Rusia - India terkait Militer yang dikenal dengan Ops Indira Navy 2020 akhir bulan lalu, belum lagi India - US. Indonesia dapat apa, ampas…? “, terang Ichsan.
Mahasiswa Magister yang sedang melanjutkan Kajian Humaniora kawasan SEA Studies di FIB UI ini berharap, kepekaan Pemerintah Aceh untuk selalu berkomunikasi secara tepat dengan pusat (Jakarta) terkait ancaman pengaruh kekuatan besar di lepas pantai utara Pulau Sabang terkait indikasi penemuan sumber energi tersebut. ” India gencar berbicara Maritim dengan Sabang Indonesia saat ini “, terangnya.
Baru baru ini, lanjut Muhammad Ichsan, Presiden Edorgan telah mengumumkan keberhasilan negara mereka dalam mendapatkan ladang migas baru di Laut Mediterania Timur atau di Black Sea (Laut Hitam). Hal tersebut menjadi kabar gembira bagi dunia Energi negara Turki khususnya Migas mereka.
Sementara Aceh terus bermimpi memiliki pemimpin yang dapat bekerjasama layaknya Turki mengeksplor Migas Lepas pantai wilayahnya.
“Berabad-abad Belanda mempertahankan Aceh, dan konflik Aceh - Indonesia erat kaitannya dengan sumber mineral melimpah Gas Alam dan Minyak Bumi lepas pantai Laut Andaman itu “, tutup Ichsan. (Jalaluddin Zky)