Tanah Karo, Sumut
Seorang warga Desa Perteguhan, Kecamatan Simpang Empat, Tanah Karo, berinisial E. Ginting membenarkan adanya dugaan transaksi lahan persilan di relokasi pengungsi Gunung Sinabung tahap dua Lau Mangir Surbakti 3, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Pengakuan tersebut dinyatakan E. Ginting kepada wartawan BU di salah satu warung di Kabanjahe saat dipertanyakan kepadanya, terkait adanya rumor di tengah warga pengungsi penghuni relokasi tahap dua di Lau Mangir Surbakti 3 yang menyebutkan bahwa E. Ginting telah membeli lahan persilan di Lau Mangir.
“Benar saya telah membeli tanah persilan di Lau Mangir, saya beli seharga 115 juta rupiah dan telah dibayar tunai,” ujar E. Ginting menjawab pertanyaan wartawan didampingi H. Ginting yang mengaku perantara penjual dan pembeli. 
Adanya dugaan transaksi lahan persilan di relokasi Lau Mangir yang diperkirakan bagian dari 30% lahan terbuka hijau yang diperuntukkan guna pembangunan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) tersebut, mendapat reaksi keras dari warga pengungsi. Mereka mengharapkan agar pihak berwenang melakukan pengusutan terhadap dugaan adanya tindakan pelanggaran hukum dalam pelaksanaan terjadinya transaksi lahan persilan di relokasi Lau Mangir Surbakti 3.
Pihak pengembang yang dikenal bernisial KN. Surbakti, ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa 30% luas lahan untuk fasum dan fasos telah tersedia dengan baik dan tidak ada masalah. “Jadi apa pun kata pengungsi relokasi Lau Mangir tak usah didengarkan, semuanya sudah kita buat bagus,” jelasnya.
Sementara Kepala Desa (kades) Surbakti, Bahtra Ginting ketika dikonfirmasi mengatakan, tidak mengetahui permasalahan relokasi Lau Mangir, karena tidak pernah terlibat dalam pelaksanaannya sejak awal.
Bagaimana kelanjutan masalah ini, tim BU akan terus menggali. (Percaya Sembiring)
