Pontianak, Kalimantan Barat
Meningkatnya pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta untuk mencegah penularan covid 19, membuat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso Pontianak membangun tenda darurat di halaman rumah sakit tersebut.
Melalui kererangan persnya, Sabtu (24/10/2020), Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr. Soedarso Pontianak, dokter Eni Nuraeni mengatakan, terjadi pembludakan pasien di ruangan IGD.
“Guna mengantisipasi melubernya pasien yang datang ke IGD, kita mendirikan tenda darurat. Karena pengalaman kami beberapa hari lalu, banyak pasien yang datang ke IGD, sehingga kami tidak mungkin menolak pasien yang datang dan kami berinisiatif membangun tenda darurat,” ungkapnya.
Dengan menumpuknya pasien dan keluarga pasien di ruang IGD, dikhawatirkan akan membuat penularan covid 19 menjadi beresiko, baik dari pasien ke petugas maupun dari pasien ke keluarga yang lainnya.
Adapun kapasitas di dalam tenda darurat yang dibangun sebanyak 10 hingga 20 tempat tidur. Namun penggunaan tenda darurat akan digunakan jika ruangan IGD penuh.
“Kita akan melihat kedepannya, apakah perlu ditambah atau tidak,” tuturnya.
Pihak rumah sakit juga masih belum mengetahui hingga kapan tenda darurat ini digunakan, karena pihak rumah sakit masih melihat situasi. (seperti yang dilansir oleh Warta Pontianak-Media Lokal).
Gubernur Kalimantan Barat dalam Akun Fb Bang Midji, juga menyampaikan hal yang sama per tanggal 2 November 2020, di mana kenaikkan pasien mencapai 200 pasien.
Melihat dan mendengar kondisi kenaikan pasien akibat Pandemi Covid-19, Tim Lidik Krimsus RI Provinsi Kalimantan Barat, Abdullah bersama awak Media BU, langsung menuju Rumah Sakit Umum Soedarso dan melihat secara langsung pasien, terutama di ruangan kelas 3 dan kelas 2. Pasien ditempatkan dalam ruangan yang ukurannya kurang lebih 2 x 3 meter, terdapat 3 ranjang pasien.
Salah seorang keluarga pasien yang tidak mau di sebutkan namanya, menyampaikan, “ini ruangan terlalu sempit, bahkan untuk kami keluarga yang menunggu harus berdempetan. Memang ini tidak pasien covid, tapi menurut kami ruangan ini perlu di kurangi jumlah ranjang, karena untuk keluarga yang jaga sempit sekali, terkecuali ada ruangan lain untuk penunggu pasien, jadi tidak menggangu pasien yang sakit dan ruangan ini bisa di gunakan 3 ranjang tetapi ini keluarga pasien yang jaga juga disini,” keluhnya.
Ketua DPP Lidik Krimsus RI Provinsi Kalimantan Barat, E. Etarusni, mengatakan, “Kami meminta Pemprov Kalimantan Barat dalam hal ini Gubernur Beserta Walikota dan Dinas Kesehetan Provinsi Kalimantan Barat, untuk segera mencari solusi ruangan IGD, ruangan isolasi pasien Covid-19 serta ruangan kelas 3 dan kelas 2”.
“Gubernur sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19 harus segera memberikan perintah kepada Walikota dan Dinkes Provinsi, untuk mencari solusi jika melihat penanganan sementara pasien, dilakukan di tenda. Jika kita lihat secara kemanusiaan, yang namanya orang sakit penanganan meskipun hanya penanganan awal, jika dilakukan di tenda sangat-sangat prihatin dan tidak manusiawi, tenda ini jika cuaca matahari tinggi akan sangat panas, demikian juga jika cuaca hujan akan dingin sekali oleh terpaan angin, orang sehat aja bisa sakit apalagi yang sakit bisa langsung mati,” kata Eta.
“Kami sampaikan hal ini karena Pandemi Covid-19 yang terus meningkat, kondisi ruangan yang tidak memadai akan berdampak kenaikan pasien nantinya, dan virus akan bertebaran kemana-mana dibawa angin, ini sangat berpengaruh dalam sebulan kedepan dimana Kalimantan Barat ikut melaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada), pemangku kebijakan harus cepat tanggap memikirkan kepentingan Masyarakat luas, mengingat dalam penanganan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pemerintah (dalam kota Pontianak) hanya RS. Soedarso yang khusus melayani rujukan pasien Covid-19 dari 14 Kabupaten/Kota Se-kalimantan Barat,” himbaunya. (Simpuang)