Ende, NTT
Ribuan umat berkerumun di Puncak Kapela di jalan Flores Nanganesa, Jumat (15/4/2022) menjelang siang.
Lokasi ini berada dalam kompleks Kapela Stasi Persiapan Santo Sabastianus Nanganesa. Umat menyaksikan bagaimana anak-anak muda berseragam prajurit menyiksa salah seorang yang berperan sebagai Yesus, lantas menggantungnya di tiang salib bersama 2 (dua) orang Penyamun.
Adegan demi adegan penyiksaan membangkitkan rasa ngeri, seperti mencambuk tubuh, membenamkan paku pada kaki dan tangan, dan ditingkahi lontaran kalimat penuh amarah.
Semua kekejaman penyiksaan ini memang bukan aksi nyata. Ini hanyalah bagian dari tablo (drama jalan salib hidup) yang secara utuh mengadopsi kisah kematian Yesus Kristus atau Isa Almasih di zaman pemerintahan Romawi dulu. Drama ini menjadi tradisi yang dinamai “Jalan Salib” bagi umat Katolik dalam memperingati hari kematian Yesus. Sedangkan hari peringatannnya disebut Jumat Agung, seperti hari ini yang kita peringati.
Jalan Salib juga berlangsung di berbagai belahan dunia. “Jumat Agung merupakan peringatan kita pada penderitaan Yesus mulai dari disalibkan hingga dimakamkan. Dikemas dalam tablo yang juga dilakukan di banyak gereja Katolik di seluruh dunia,” kata salah seorang umat Stasi Persiapan Santo Sebastuanus Nanganesa yang juga merupakan Ketua KUB St. Wilhelmus, Geradus Riti.
Anak-anak muda yang tergabung dalam Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa yang diketuai oleh Yohanes Krustoforus mengemas “Jalan Salib” ini dengan secara sederhana dan berbeda dibanding tablo serupa yang sering dilakukan di berbagai tempat.
Kebanyakan drama penyaliban di berbagai tempat berupaya menampilkan gambaran nyata, seperti tentara Romawi dengan baju zirah, tameng, dan tombak. Para pemuka agama dan pejabat-pejabat Romawi memakai jubah-jubah panjang.
Kali ini berbeda. OMK Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa mengombinasi tablo dengan sederhana, mengharu biru dan sangat bermakna dan berkesan bagi umat khususnya umat di Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa sendiri.
Ribuan umat Katolik dari Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa dan wilayah sekitarnya larut dalam prosesi visualisasi jalan salib hidup (Tablo). Prosesi Jalan Salib tersebut berawal dari SMAKN St. Thomas Morus menuju Kapela Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa, Jumat (15/4/2022) pagi yang berlangsung dalam suasana mengharu biru.
Banyak umat yang hadir tak bisa membendung air matanya saat kisah kesengsaraan Yesus ini ditampilkan.
Ketua Orang Muda Katholik ( OMK ) Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa, Yohanes Kristofurus, mengaku seperti terbawa dalam suasana dua ribu tahun silam saat Yesus disalib.
“Visualisasi jalan salib ini kata Yohanes yang biasa disapa Tomy, telah membawa umat dalam kejadian 2.000 tahun yang lalu, di mana saat pengorbanan Tuhan Yesus untuk memenuhi janji-Nya untuk mengorbankan diri dalam penebusan dosa umat manusia,”.
Ketua OMK ini mengapresiasi para pemeran visualisasi jalan salib yang diperankan oleh Orang Muda Katolik Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa ini.
Dengan iringan musik hidup, para pemeran ini, kata Tomy, sangat menghayati peran mereka masing-masing hingga membuat perasaan umat yang hadir larut dalam kisah yang mereka bawakan.
“Sampai tak terasa air mata menetes, menyedihkan, memilukan. Begitu besar pengorbanan Yesus buat kita, yang penuh dosa ini. Dia rela dihina, disiksa, bahkan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita,” ucapnya.
Sutradara visualisasi jalan salib ini diperankan oleh Andre sebagai Yesus serta Falen dan Ino sebagai 2 orang Penyamun yang disalibkan bersama Yesus.
Tomy mengungkapkan, untuk bisa menampilkan visualisasi jalan salib yang berlangsung selama hampir 2,5 jam ini, pihaknya berlatih ketat selama tiga minggu dengan melibatkan 60 orang.
“Prosesi visualisasi Jalan Salib ini melibatkan 60 orang terdiri dari 30 pemeran dan 30 kru. Semoga persembahan kami menjadi berkat untuk semua,” ungkapnya.
Sementara, Ketua Stasi Persiapan Santo Sebastianus Nanganesa, Fabianus Beni, saat dikonfirmasi Media Bhayangkarautama.com usai mengikuti kegiatan Jalan Salib ini mengatakan, dalam kaitan dengan kegiatan hari ini, Jalan Salib (Tablo) ini merupakan bagian dari program untuk menyeimbangkan hal-hal yang sifatnya fisik karena kita sementara sedang dalam penataan, tetapi sisi lain pembinaan-pembinaan iman umat terutama Orang Muda Katholik (OMK) yang menjadi penerus gereja masa depan.
“Inilah yang akan kita lakukan kedepannya. Karena apapun alasan perkembangan gereja kedepan adalah ditangan mereka (OMK). Karena kita pada saat masanya akan berakhir dan kita mempunyai kewajiban untuk meninggalkan gereja ini untuk orang-orang muda,” ungkap Fabianus Beni. (Damianus Manans)