Beranda Daerah Ecobrick Menjadi Solusi Pembelajaran Selama Masa Pandemi

Ecobrick Menjadi Solusi Pembelajaran Selama Masa Pandemi

104
0

Purwakarta, Jabar

Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, menggulirkan kebijakan pelajar wajib mengumpulkan sampah plastik. Sampah tersebut bisa dimanfaatkan untuk membuat benda bernilai ekonomis, salah satunya kursi ecobrick.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto mengatakan, selama pandemi Covid-19, pihaknya mendesain pembelajaran buat siswa. Selain pembelajaran dengan sistem luring dan daring, ada juga pembelajaran pembuatan ecobrick.

“Kegiatan ini merupakan upaya kita dalam mendesain pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning),” ujar Purwanto, Rabu (21/4/2021).
Dalam pembelajaran itu, anak-anak dituntut harus menghasilkan produk yang bermanfaat, baik untuk diri dan lingkungannya. Selain itu, mereka juga harus belajar memecahkan masalah (problem solving) yang ada dalam diri dan lingkungannya. Salah satunya, masalah sampah plastik.

Selama ini, lanjut Purwanto, pendidikan di Indonesia sudah terlalu lama menjauhkan pembelajaran dari konteks masalah kehidupan. Karenanya, perlu ada terobosan pembelajaran yang berorientasi pada potensi dan masalah yang ada di sekelilingnya.

Karenanya, selama pandemi Covid-19 ini anak-anak di Purwakarta mengikuti pembelajaran pembuatan ecobrick. Salah satunya, dibuat menjadi kursi dan meja. Ecobrick tersebut bahan utamanya adalah sampah plastik.

Kebijakan pembelajaran ini, lanjutnya, sudah diterapkan disejumlah sekolah, bahkan kedepan akan diperluas lagi. Dengan demikian, sekolah-sekolah yang tak memiliki mebeler, bisa memanfaatkan ecobrick untuk dijadikan kursi dan meja pengganti mebeler yang biasa digunakan sekolah.
Sehingga dari pembelajaran ini, anak-anak bisa mendapatkan ilmu pokok, seperti pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan lainnya. Tak hanya itu, mereka juga akan memiliki ketrampilan lain, yakni membuat kursi ecobrick.

“Ilmunya dapat, lingkungan juga bisa terbebas dari sampah plastik yang saat ini kondisinya sudah cukup memprihatinkan,” ujar Purwanto.

Purwanto menjelaskan, untuk membuat satu botol ecobrick ukuran 1,5 liter dibutuhkan sampah plastik minimalnya dua karung plastik. Jika dalam satu kursi, dibutuhkan minimalnya 10 botol, maka berapa karung sampah plastik akan terserap. Dengan begitu, lingkungan bisa terbebas dari sampah plastik, jika kebijakan ini bisa dijalankan dengan paripurna.

Selain itu, dengan menggunakan kursi ecobrick ini, sekolah bisa menghemat biaya, termasuk biaya dari APBD untuk pengadaan mebeler. Bahkan, kursi ecobrick ini bisa tahan sampai 100 tahun yang akan datang. (red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here