Kisah Sumur Tempayan (Kendi) di Teluk Salak, Pulau Kundur, Kepulauan Riau

0
126

Keberadaan sebuah sumur tempayan tidah terlepas dari sejarah dan wangsit. Pada masa lalu sekitar tahun 1901 di daerah pantai Teluk Salak, hidup sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. Sang kakek merupakan seorang penganut toreqat yang senantiasa berdzikir semasa hidupnya.

Karimun, Bhayangkarautama.com – Kakek tesebut membangun sebuah pondok yang tinggi terbuat dari kayu. Pada suatu malam, kakek tersebut bermimpi didatangi tujuh orang putri khayangan dan berbicara dengan kakek tersebut : “Kek, sebelum subuh kami akan datang bertemu dengan kakek, tetapi kalau kakek keluar rumah sendiri saja jangan bawa setiap (istrinya)” ucap salah seorang putri dalam mimpi kakek tersebut.

Kakek itupun terbangun dari tidurnya dan ternyata waktu masih sepertiga malam, menjelang waktu subuh tiba kakek tersebut terus berdzikir. Saat kakek tersebut akan keluar rumah, istrinya pun terbangun dan mengikuti kakek tersebut. Ketika sang kakek berjalan di atas bukit Teluk Salak, terdengar bunyi gemuruh bergulung-gulung, tujuh buah tempayan (kendi) yang turun dari bukit Teluk Salak. Enam buah tempayan terbang dan hingga akhirnya terjatuh kedalam laut, sedangkan yang satu buah lagi terjatuh di depan rumah kakek tersebut dan membuat kakek beserta istrinya terkejut.

Tempayan tersebut langsung terbenam separuhnya ke dalam tanah, lalu mengeluarkan air yang jernih. Kakek tersebut beserta istrinya merasa heran dan waktu subuh pun tiba, kemudian kakek tersebut bersama istrinya mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat subuh.

Pada keesokan malamnya, kakek tersebut bermimpi lagi didatangi seorang putri dan mengatakan, “berilah air yang di dalam tempayan itu kepada yang membutuhkan, karena air itu dapat menjadi sumber kehidupan dan selagi air itu diambil air itu tetap terisi kembali, itu lah muzizat dari Alloh”.

Pada masa dahulu hingga sekarang dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal disana banyak warga yang mengambil air tersebut untuk dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Air dalam sumur tempayan tersebut jernih dan tawar walau dekat dengan pantai/laut dan tidak pernah kering, apabila air tersebut diambil, akan mengalir air lagi memenuhi tempayan tersebut.

Itulah asal sejarah sumur tempayan di Teluk Salak yang diceritakan oleh salah seorang kakek yang kini sudah wafat, dan makam kakek tersebut berada di kaki bukit Teluk Salak di tengah hutan. (Linda)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here